
Pukul setengah tiga siang... lima belas menit menuju adzan ashar... dan aku belum solat zuhur...
"Solat yuk nah, minta pertolongan Allah lewat sabar dan solat..." ajak diriku dalam hati.
Tak lama aku merubah posisiku dari tidur di atas lantai menjadi duduk, lantas kutumpuk dua
batal diatas pahaku sambil bersila, aku pun melanjutkan tidurku... tp tetap saja aku gelisah karena
belum solat zuhur... "siapa yg nyuruh kk nyari solusi?"
statement yg sering ku terima lewat bbm itu membangunkan tidurku...
Alhamdulillah aku bisa solat zuhur, beberapa menit kemudian adzan ashar berkumandang.
Ya Allah, terima kasih aku tidak melalaikan solat zuhurku, karena kutahu,
biasanya aku akan tidur lebih lama lantaran aku tak dapat menyelesaikan masalah, tak dapat
solusi dari hal-hal yang kujadikan masalah...
Hari ini, kenapa Allah beri aku sakit, boleh jadi bentuk tarbiyah Allah juga... bentuk pembinaan
Allah kepadaku... Aku hanya diminta berikhtiar untuk sembuh, perihal nantinya aku sembuh atau
sehat itu kuasa Allah. Meski tenagaku tak cukup banyak, tp aku tetap saja tidak betah melihat sampah
yang menumpuk di pojokan ruangan dapur, aku pun segera memindahkannya ke tong sampah depan.
Aku minta tlg pada Alifia dan Aulia, tp mereka masuk kamar, bahasa halusnya mereka menolak.
Aku kesal, rasanya berurusan dengan kedua anak ini harus dengan dua hal, yang pertama dgn dimarahin
atau dengan transaksi. Tapi apa iya harus spt itu? Aku hanya bayangkan diriku yg menurut kalo
disuruh apa aja sama kakak-kakakku, tp kenapa dua keponakanku ini sekarang malas? Rasanya aku tidak pelit kalo urusan jajan, trus rasanya dirumah tdk ada yg berlaku keras terhadap mereka berdua, tp
kenapa mereka, terutama Alifia begitu keras? beda dengan keponakanku yang lain... Ahh, mungkin karena
mereka sudah melihat kami setiap hari, jadi tidak segan... beda dengan keponakan yg lain. Aku juga bodoh,
mana bisa aku paksakan kedua orang tua Aulia dan Alifia agar dpt mendidik mereka seperti yg aku
pikirkan, toh pendidikan mereka juga terbatas, pergaulan mereka juga terbatas, dan pendapatan mereka juga terbatas... rasanya aku bodoh jika menuntut mereka utk berbuat lebih.
Sejujurnya aku agak kelimpungan menghadapi Alifia, ya... Alifia... sosok Alifia mengingatkanku pd "ihsan" pemeran utama film "taare zameen par" garapan aamir khan, satu produksi film dengan "three idiots"
Hari ini Alifia membuatku kesal, aku memintanya untuk membuang sampah, sampah itu sudah rapi kuikat
agar tdk mudah terurai, awalnya ia menolak, lalu aku memintanya sekali lagi utk membuang sampah itu,
maksudku memintanya agar ia rajin, tp ternyata aku salah paham. Ia memegang sampah itu dengan jiji,
yang membuat aku kesal keranjang sampah ia letakkan diatas bangku plastik kecil, dan kedua tangannya ia peperkan ke tembok... Hadoooh... aku benar-benar kesal dibuatnya. Aku yang biasa bersih jd naik darah, aku langsung pindahkan tempat sampah dan mengambil kain pel yg sudah kubasahi, kubersihkan bangku dan tembok rumah yg td di peper Alifia, aku juga meminta kakakku Lina, utk membereskan sampah yg tak dirapikan Alifia. Anehnya, kenapa Alifia tau bagaimana berekspresi kesal? kesal kepadaku karena memintanya sekedar membuang sampah. Kenapa ia tidak mau? logikaku mengatakan, bukankah itu mudah...? Orang-orang yg tidak kenal Alifia cuma tau satu cara menghadapi Alifia, marah-marah... mungkin juga termasuk aku karena kadang suka sebel juga sama sikapnya. Alifia itu dyselexia, sekolah di SLB adakah membuat keadaannya menjadi lebih baik atau sebaliknya...? Aku punya keterbatasan menghadapi anak ini. Alifia suka menyerangku secara fisik jika aku isengin atau marahin, akupun bingung jdnya... knp anak ini jd spt ini ya...? mau balas gimana, ga dibalas dia mukulin terus...yang anehnya, bukan aneh mungkin ya, tapi seperti itulah anak kecil, setengah jam setelah aku marah sama Alifia atau Aulia, mereka tidak akan melupakannya... dan akan bermain lagi... "bibi nunah dikamar mandi ya...?" tanya Aulia yang ingin masuk kamar mandi, sementara aku mau mengambil wudhu utk solat zuhur yg tinggal lima belas menit lagi. Aku suka mendengar kepolosan Aulia, maafin bibi hari ini ya...
entah apa yang membuatku kesal pada Alifia dan Aulia...
Aku kesal mungkin karena, aku tidak mampu melakukan sesuatu hal yang besar untuk mereka. Kedua orang tua mereka memang unik, dan bukan salahku... dan aku tidak perlu mencari solusi utk mereka.
Andai aku mampu, aku ingin bawa Alifia ke ahli-ahli terbaik, untuk mengetahui anak ini kenapa, kenapa Alifia seperti ini, berbeda dari yang lain. Aku ingin bawa Alifia ke salah seorang temanku yg istrinya adalah dosen di UNJ Pendidikan Luar Biasa, tp aku terbentur biaya. Anak-anak yang berkebutuhan khusus ini biayanya mahal. Untungnya Alifia tidak autis, ia masih menangkap jika diajak berbicara. Meski pengaturan emosinya itu tidak jelas sekali, orang sedih dia tertawa... org tertawa ia sedih... gajebo. Aku tidak bisa menyalahkan kedua orang tuanya, meski aku pernah cukup kesal dengan bapaknya,,, aku suka terpancing emosi jika Alifia dimarahin bapaknya, seolah-olah aku tidak terima Alifia diperlakukan seperti itu... tp, yaa aku sudah berikhtiar ya Allah... agar anak ini tidak lagi keras... bukan salah Alifia kenapa Allah takdirkan Alifia menjadi seperti ini. Alifia dan Aulia... tetap tumbuh ya... jangan tidur malam-malam... jangan menangis setiap mau mandi sebelum sekolah... jangan main jauh-jauh... sikat gigi ya sebelum tidur... dan orang-orang dewasa sepertiku hanya punya segudang aturan utk kuberikan kepadamu... karena betapa terbatasnya aku utk memberi ruang untukmu tumbuh...
Aku, adakah ini salahku...? bukan... bukan salahku.... juga bukan kewajibanku untuk menjadikan segalanya berubah dan menjadi lebih baik. Alifia harus tetap sekolah meski hanya ibunya yg semangat utk mengantarnya sekolah, lina... nah minta maaf, nah terlalu banyak nuntut sama lina. Padahal perjuangan lina membesarkan kedua anak dgn kebutuhan spt mereka berdua sudah lumayan berat. Sekolah yg jauh di cengkareng, berangkat pagi-pagi, pulang sekolah yang jauh, dsb...dsb...
Maafin nunah yg belum bisa melakukan hal-hal yang berarti utk lina dan keluarga...
Ya, karena tadi aku sempat kesal pada Alifia dan Aulia, aku langsung tertidur dikamar, diatas lantai dengan pintu kamar terbuka dan laptop fatiah yang masih menyala... dan aku berdoa kepada Allah, jangan jadikan aku lemah lantaran aku terbatas dalam berbuat dan memahami orang lain, jangan jadikan aku lemah lantaran keadaan yang telah Engkau tetapkan untuk keluargaku... Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar